Pemikiran Mustafa Kemal Ataturk
Setelah Perang Dunia I,
Mustafa Kemal diangkat menjadi panglima militer di Turki selatan. Tugasnya
adalah merebut Izmir dari tangan tentara sekutu. Mustafa Kemal berhasil memukul
mundur tentara sekutu dan dan berhasil menyelamatkan Turki dari penjajahan
Barat[1].
Pada tahun 1923 Mustafa
Kemal Ataturk ditetapkan sebagai presiden Republik Turki sepanjang hidup. Ia
sebagai kepala pemerintah, dan sebagai kepala Partai Republik[2].Meski
demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta
merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen
menjadi sekuler. Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang
dijalankan oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang
diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak
modern adalah suatu metamorfosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan
nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.
Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk dimulai
dengan penghapusan Kesultanan Usmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah
pada tahun 1924. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan
agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi
terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada
tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai
upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun
1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku
pada pola nama Barat[3].
Sedangkan menurut Ajid Thohir, gerakan
pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup
prinsip-prinsip: republikanisme, nasionalisme, sekularisme, dan revolusionisme.
Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan, seperti pada
tahun 1928, ia memperkenalkan bangku gereja ke dalam masjid. Orang shalat
dengan menggunakan sepatunya, menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya, dan
untuk membuat sholat di masjid itu indah, mudah untuk mendapat inspirasi dan memiliki
nilai spiritual, maka masjid perlu melatih para musikus. Kebutuhan ini penting
bagi kaum modern dengan meletakkan alat musik Barat ke dalam masjid.
Berikut beberapa kebijakan yang dibuat dalam
undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah:
1.
Undang-undang tentang
sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924;
2.
Undang-undang tentang
kopiyah, tanggal 1925;
3.
Undang-undang tentang penghapusan
lembaga pemakaman, tanggal 30 November 1925;
4.
Peraturan sipil tentang
perkawinan, tanggal 17 Februari 1926;
5.
Undang-undang penggunaan
huruf latin untuk abjad Turki dan penghapusan tulisan Arab, tanggal 1 November
1928; dan
6.
Undang-undang tentang larangan
menggunakan pakaian asli, tahun 1934.
Pada Maret 1924 terjadilah penghapusan wilayah. Karena ketidak
puasannya, maka pada tahun 1925 keluarlah peraturan yang melarang berbusana
islami bagi laki-laki dan perempuan. Busana pria dan wanita Turki diganti
dengan busana barat[4].
Merubah salam “Assalamu’alaikum” dengan anggukan kepala.
Pada tahun 1928 keluar keputusan tentang penghapusan pelajaran
agama, merubah bacaan Al-Qur’an dan adzan dengan bahasa Turki, mengganti huruf
Arab dengan Latin, menyamakan hak waris antara laki-laki dengan wanita. Selain
itu ada pula beberapa pembaharuan yang ia lakukan diantaranya :
1. Membolehkan lelaki memakai
celana panjang dengan syarat pakai tie dan topi (sesuai dengan kehendak Barat).
2. Beliau pernah menegaskan bahwa
“negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian modern”.
3. Mengarahkan Al-Quran
dicetak dalam bahasa Turki.
4. Menukar adzan ke dalam
bahasa Turki. Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan
Persi.
5. Satu ucapan beliau di
bandar Belikesir di mana beliau dengan terang-terangannya mengatakan bahawa
agama harus dipisahkan dengan urusan harian dan perlu dihapuskan untuk
kemajuan.
6. Agama Islam juga dibuang
sebagai agama resmi negara.
7. Mengubah undang-undang
perkawinan berdaftar berdasarkan undang-undang Barat.
8. Menukar masjid Ayasophia
kepada museum, ada sebagian masjid dijadikan gereja.
9. Membatalkan undang-undang
waris secara Islam .
10. Menghapus
penggunaan kalendar Islam dan menukarkan huruf Arab kepada huruf Latin.
Selain itu, banyak juga pembaharuan yang dilakukan oleh
Mustafa Kamal dalam menjalankan pemerintahan di Turki, antara lain seperti
dalam sidang Majlis Nasional Agung tahun 1920, ia menjadi ketua Majlis NasionalAgungdan
hasil dari sidang tersebut antara lain:
1. Kekuasaan
tertinggi terletak ditangan rakyat Turki.
2. Majlis
Agung Nasional merupakan perwakilan rakyat tertinggi.
3. Majlis
Agung Nasional berfungsi sebagai badan legislative dan eksekutif.
4. Majlis
Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Nasional Agung akan menjalankan
tugas pemerintahan.
5. Ketua
Majlis Agung Nasional merangkap sebagai ketua
Majlis Nasional[5].
Tanggal 29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai
presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah, ia mendapatkan
perlawanan yang berarti. Ia dianggap murtad, dan rakyat mendukung Sultan Abdul
Mejid II, serta berusaha mengembalikan kekuasaannya. Namun, ancaman ini tidak
menyurutkan langkah Mustafa Kemal Pasha. Kemudian ia menyerang balik dengan
taktik politik dan pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik
ialah pengkhianat bangsa dan ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem
pemerintahannya. Kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus
dienyahkan. Setelah suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha
mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional. Tepat 3 Maret 1924 M, ia memecat
kholifah, membubarkan sistem khilafah, dan menghapuskan sistem Islam dari
negara. Hal ini dianggap sebagai titik klimaks revolusi Mustafa Kemal Pasha.
Mustafa Kemal meninggal pada tahun 1938, namun rezimnya
dilanjutkan oleh seorang koleganya yang sangat setia kepadanya, Ismet Inonu.
Namun, periode antara kematian Kemal dan akhir masa pemerintahannya, Inonu
membuka jalan bagi sistem politik yang baru. Perkembangan ekonomi melahirkan
beberapa kelompok baru businesman, manajer perusahaan, tuan-tuan, kemakmuran
kaum petani, dan sebuah geberasi intelektual baru yang membutuhkan jati diri
pioitik. Konsepsi politik baru ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada
tahun 1946, yang atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang
berusaha mengurangi pengaruh sistem paternalistik dan lebih cenderung
menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya
partai Demokrat ( Democrat Party ) di Republik Turki[6].
Dalam sistem politik multi partai inilah, akhirnya
pengaruh Partai Republik yang pernah dipimpin oleh Mustafa Kemal, cenderung
berkurang. Kecenderungan apresiasi masyarakat Turki terhadap Partai Demokrat
lebih didasarkan oleh sikap politik partai ini yang mengusung opini tentang
orientasi keagamaan baru yang berbeda daripada orientasi keagamaan di masa
rezim Mustafa Kemal bersama Partai Republiknya.
AnalisisPemikiran
Mustafa Kemal Ataturk
Mustafa Kemal merupakan salah satu tokoh pembaharu dan
pemikir di Turki, ia memulai karir dibidang militer sampai akhirnya ia terjun
di kancah politik dengan mengusung gerakan: nasionalisme,
westernisme dan sekularisme[7].Tujuan
utamanya ialah merubah wajah Turki kepada kemoderenan seperti bangsa Barat. Hal
ini ia lakukan ketika ia memulai karir di kancah politik, sampai membentuk
parlemen dan terpilih menjadi presiden Turki yang pertama. Ada banyak
sekali pembaharuan yang telah dilakukan oleh Mustafa Kemal ataturk dalam
merubah Turki dari sistem pemerintahan Kerajaan kepada Turki modern yang
bersistem Republik. Selain itu, beliau juga banyak menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang diadopsi dari pemikiran nasionalisme Arab dan
pemikiran Barat untuk merubah wajah Turki menjadi modern dan maju.
Periode Kemalis bermula pada tahun 1921 dengan The Law
Fundamental Organization yang menegaskan pemerintah bangsa Turki. Rezim
Kemal meneruskan sistem Usmani di mana elit terdidik, perkotaan, birokratik dan
elit militer mendominasi seluruh wilayah negeri. Ulama dan bangsawan lokal
dikucilkan dari kekuasaan politik, sebaliknya para tuan-tuan diberi kesempatan
mempertahankan dan mengkonsolidasikan posisi ekonomi. Ia mengatasnamakan rakyat
Turki, namun di sini tidak ada upaya untuk menjalin hubungan dengan mereka.
Pada dekade 1920-an, rezim Kemalis melanjutkan prakarsa
pemerintah membangun perekonomian. Rezim ini berusaha meningkatkan produksi
pertanian dan berinvestasi dalam proyek jalan dan pelintasan kereta api. Ekspor
kapas, tembau, dan buah-buahan kering meningkat. Republik Turki juga
memprakarsai pembangunan industri. Dengan pinjaman hutan dan bantuan tenaga
ahli Uni Soviet, dibangunlah sejumlah pabrik tekstil.
Pada dekade 1930-an negara menasionalisasikan sejumlah
proyek jalan, pelabuhan dan penerbangan. Bank Sumer didirikan untuk mendanai
perusahaan tekstil, kertas, kaca dan gula. Inggris membantu mendanai
pembangunan proyek pabrik baja dan logam[8].
Sekalipun beberapa kebijakan ekonomi dan kultural yang
bersifat radikal, namun, rezim Kemalis bukan sebuah rezim revolusioner. Elite
yang dominan dan beberapa organisasi yang ada mendapatkan dukungan otoritas.
Tidak ada upaya mobilisir kaum petani. Revolusi kultural, yang disampaikan oleh
kalangan atas, cenderung sekedar
penetrasi. Penetrasi tersebut dimaksudkan untuk membagi-bagi negeri ini menjadi
masyarakat perkotaan, elite modern, dan massa petaninyang berorientasi kepada
Islam.
Namun, dari sekian banyak ide-ide yang dituangkan Mustafa
Kemal tidak semuanya berimplikasi pada pensejahteraan masyarakat. Banyak di
antara ide-idenya justru mempersempit ruang gerak rakyat Turki, khususnya
orang-orang Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Turki. Di antara
kebijaknnya adalah merenggangkan keterikatan masyarakat umum terhadap Islam,
dan mengarahkan mereka kepada pola kehidupan barat dan sekuler. Rezim Kemalis
menghapuskan sejumlah lembaga organisasi Islam. Kesultanan Usmani dihapuskan
pada tahun 1924.Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan
agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi
terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada
tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai
upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun
1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku
pada pola nama Barat[9].
DAFTAR PUSTAKA
Lapidus,Ira M.
Sejarah Sosial Umat Islam.1999. Jakarta : PT.GrafindoPersada.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam.2008. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
[1]Dedi Supriyadi,
Sejarah Peradaban Islam, 2008, Bandung: CV. Pustaka Setia, hlm. 265-266.
[2]Ira M. Lapidus,Sejarah
Sosial Umat Islam,1999, Jakarta : PT.GrafindoPersada, hlm. 88.
[4]Ahmad Mansur
Suryanegara, Api Sejarah, 2010,
Bandung: Salamadani, hlm. 86.
[5]Dedi Supriyadi,
Op. cit., hlm. 266.
[6]Ira M. Lapidus, Op.
cit., hlm. 92-93.
[7]Dedi Supriyadi,
Op. cit., hlm. 267.
[8]Ira M. Lapidus,Op.
cit., hlm.89.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar