Selasa, 07 November 2017

PENGERTIAN QASAM AL-QUR'AN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (al-Quran) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok; sebagai bimbingan yang lurus. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.     
Qasam (sumpah) adalah kebiasaan orang Arab dalam setiap melakukan kegiatannya, baik itu akan dilaksanakan atau pun tidak. Bagi orang Arab sumpah adalah suatu kebiasaan tidak seperti kita, sumpah adalah suatu hal yang sangat identik dengan janji yang mana agar janji itu di tepati.
Dalam arti dengan  peringatan dan bentuk kalimat yang kuat dan kokoh, sehingga dengan demikian barulah tergoyahkan keingkarannya tersebut. Disamping itu qasam (sumpah) dalam pembicaraan merupakan salah satu uslub pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya.  
 Sudah menjadi kebiasaan manusia dalam semua masa atau waktu jika berbicara, berjanji dan bersemboyan, maka mereka selalu ingin memperkuatnya dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan sumpah. Dengan sumpah, pendengar akan yakin dan mantap dalam menerima dan mempercayai ucapan yang didengarnya. Sebab pembicaraan yang diperkuat dengan itu, berarti sudah dipersaksikan di hadapan Tuhan.
B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian Aqsam dalam al-Qur’an?
2.    Bagaimana unsur-unsur dan macam-macam sighat qasam dalam al-Qur’an?
3.   Apa faedah penggunaan aqsam dalam al-Qur’an?
4.   Apa tujuan qasam al-Qur’an?
C.  Tujuan 
1. Untuk mengetahui pengertian aqsam al-Qur’an.
2. untuk mengetahui unsur-unsur dan macam-macam sighat aqsam al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui faedah aqsam al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui tujuan aqsam al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Qasam
Istilah aqsam al-Qur’an terdiri atas dua kata, yakni aqsam dan al-Qur’an, kata aqsam adalah bentuk jamak dari qasam, yang berati “sumpah”.
Secara etimologi aqsam merupakan lafal jamak dari kata qasam (القسم) yang berarti  العطاع/القدر : belanga,  اليمين(sumpah),  الخلق /العادة  (kebiasaan).
Dalam buku Mabahis fi Ulum al-Qur’an juga dikemukakan bahwa aqsam yang bentuk jamak dari qasam ini juga berarti al-hilf dan al-yamin artinya sumpah. Sumpah dinamakan dengan yamin karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya. Kata yamin artinya kanan atau lawan kiri, sumpah dinamai dengan kata ini karena jika orang-orang dahulu saling bersumpah satu sama lain sering memegang tangan kanan temannya, dan juga karena dapat memelihara sesuatu, seperti halnya tangan kanan memelihara.
Adapun menurut istilah yang di maksud dengan ilmu aqsamul qur’an ialah ilmu yang membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an.[1]
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa aqsam al-Qur’an adalah suatu upaya penegasan dan penguatan Allah dalam bentuk sumpah yang menunjukkan bukti-bukti akan adanya kebenaran suatu berita baik melalui lafaz-lafaz ataupun obyek-obyek tertentu yang menarik perhatian sesuai dengan tingkat kepentingannya.

B.  Unsur-unsur Qasam serta Macam-macam Shighat Qasam Al-Qur’an
       1. Fi’il (kata kerja) yang berbentuk muta’addi dengan di awali huruf ba’ ( ب )
               Contoh:)  وَ اَ قْسَمُوْا بِا اللّهِ...............(ا لنحل: 38
Artinya: “Mereka bersumpah dengan nama Allah”.
               Kadangkala dalam suatu ayat langsung disebut dengan wawu ( و ) apabila muqasamnya terdiri atas isim dhamir (kata ganti) kadangkala disebutkan dengan huruf ta’ ( ت) pada lafal jalalah.
               Contoh dengan wawu ( و ):
                    وَ ا لَّيْلِ اِ ذَ ا يَغْشى (ا لليل: ا)
Artinya: “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”.
                    Contoh dengan ta’ ( ت ):
                     وَ تا ا للّهِ لَأَ كِيْدَ نَّ اَ صْنَا مَكُمْ...........( ا لأ نبيا ء:57
Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu”.[2]
2.  Muqsam bih (sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah), yakni lafadz yang terletak sesudah adat qasam yang dijadikan sebagai sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat. Allah dalam Al-Qur’an terkadang bersumpah dengan diri-Nya sendiri dan terkadang pula dengan sifat-sifat-Nya. Sumpah-Nya dengan sebagian makhluk-Nya menunjukan bahwa makhluk itu merupakan salah satu dari ke agungan-Nya. Di dalam Al-Qur’an Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri atau dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang Maha Besar, seperti:
  a. Surat Adz-Dzariyat ayat 23:
             فَوَ رَ بِّ ا لسَّمآ ءِ وَ ا لأَ رْ ضِ إِ نَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ ماَ أَ نَّكُمْ تَنْطِقُوْ نَ   ( الذا ر يا ت: 22
Artinya: “Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.”
     b. Surat Al-Hijr ayat 92:
             فَوَ رَ بِّكَ لَنَسْئَلَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ ( الحجر: 92
        Artinya: “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.”
     c. Surat Al-Ma’arij ayat 40:[3]
             فَلَا أُ قْسِمُ بِرَ بِّ ا لْمَشرِ قِ وَ ا لْمَغَرِ بِ إِ نّاَ لَقد رُ وْ نَ ( ا لمعا ر ج: 40
Artinya: “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa.”

  Allah juga bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya
Contoh:
a.         Surat Al-Syams ayat 1-6:
وَ ا لشَّمْسِ وَ ضُحهاَ. وَ ا لْقَمَرِ إِذَا تَلهاَ. وَ ا لنَهاَ رِ إِ ذَا جَلّهاَ. وَ ا لَّيْلِ إِ ذَا يَغْشِهاَ. وَ ا لسَّماَ ءِ وَ ماَ بَنهَا. وَ لأَ رْ ضِ وَ ماَ طَحهاَ.  ( ا لشمس: 1-6
Artinya: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan bumi serta penghamparannya.”
b.         Surat At-Tin ayat 1-2:
وَ ا لتِّيْنِ وَ ا لزَّ يْتُوْ نِ. وَ طُوْ رِ سِيْنِيْنَ. ( ا لتين: 1-2)
        Artinya: “Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, dan demi bukit Sinai.”
c.         Surat Al-Fajr ayat 1-4:
وَ ا لفَجْر. وَ لَياَ لٍ عَشْر. وَ ا لشَفْعِ وَ الْوَ تْر. وَ ا لَّيْلِ إِ ذَا يَسْر. ( ا لفجر: 1-4)
Artinya: “Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap, dan yang ganjil, dan malam bila berlalu.”
d.        Surat Al-Takwir ayat 15:[4]
فَلَا أُ قْسِمُ باِ ا لخُنَّس. ( ا لتكو ير: 15)
               Artinya: “Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang.”

3.  Muqsam Alaih (jawab Qasam), yaitu sesuatu yang dilakukan sumpah, atau sesuatu yang diperkuat dengan sumpah atau bentuk jawaban dari syarat yang telah disebutkan sebelumnya (muqsam bih).
Untuk itu, tidak tepat difungsikan, kecuali menyangkut hal-hal berikut:
a.       Hendaklah yang disumpah atasnya memiliki kepentingan tersendiri.
b.      Hendaklah lawan bicara berada dalam kondisi meragukan pembicaraan ini.
c.       Lawan bicara tidak percaya terhadap pembicaraan ini.
Di dalam al-Qur’an, secara garis besar, Allah bersumpah tentang hal-hal sebagai berikut:
a.       Ketauhidan seperti dalam surat Ash-Shaffat ayat 1-4:
و ا لصّفّت صفّا. فا لزّ ا جر ت ز جر ا. فا لتّليت ذ كر ا. إ نّ إ لهكم لو حد.
Artinya: “Demi (rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.” 
b.      Kebenaran al-Qur’an dalam surat al-Waqi’ah ayat 75-77:
فلا أ قسم بمو ا قع ا لنّجو م. و إ نّه لقسم  لو تعلمو ن عظيم. إ نّه لقر ا ن كر يم.
Artinya: “Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.”
c.       Kebenaran Rasulullah Saw, seperti dalam surat Yaasin ayat 1-3:
يس. و لقر ا ن ا لحكيم. إ نّك لمن ا لمر سلين.
Artinya: “Yaa Sin. Demi al-Qur’an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul.”
d.      Kebenaran adanya janji, pembalasan, dan ancaman, seperti pada surat al-Mursalat ayat 1-7:
و ا لمر سلت عر فا. فا ا لعصفت عصفا. و ا لنّشر ت نشر ا. فا لفر قت فر قا. فا لملقيت ذ كر ا. عذ ر ا أ و نذ ر ا. إ نّما تو عد و ن لو قع.
Artinya: “Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, dan (malaikat-malaikat yang membedakan (yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu ini pasti terjadi.”
e.       Keadaan manusia, seperti pada surat at-Tin ayat 1-4:
و ا لتّين و ا لزّ يتو ن و طو ر  سينين. و هذ ا ا لبلد ا لأ مين. لقد خلقنا ا لإ نسن فى أ حسن تقو يم.
Artinya: “Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
           
Variasi muqsam alaih (jawab qasam) yang terdapat dalam al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Jawab qasam terkadang disebutkan, terkadang juga dibuang.
Di antara jawab qasam yang dibuang adalah firman Allah Swt surat al-Fajr ayat 1-6:
و ا لفجر. و ليل عشر. و ا لشفع و ا لو تر. و ا لّيل إ ذ ا يسر. هل فى ذ لك قسم لذ حجر.
Artinya: “Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam, bila berlalu. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang diterima) oleh orang-orang yang berakal.”

Jawab qasam yang dibuang berbunyi:
لنعذّ بنّ يا كفّا ر مكّة
Artinya: “Maka, kami pasti akan menyiksa kalian wahai para kafir Mekah.”

2.      Fi’il madhi (bentuk lampau) mutsbit (tidak dihalui huruf lain), apabila menjadi jawab qasam, harus disertai dengan lam dan qad. Tidak boleh menyertakan satu saja dari keduanya kecuali berada dalam uraian yang panjang seperti firman Allah pada surat Asy-Syams ayat 1-9:
و ا لشّمس و ضحها. و ا لقمر إ ذ ا تلها. و ا لنّها ر غ ذ ا جلّها. و ا لّيل إ ذ ا يغشها. و ا لسّما ء و ما بنها. و لأ ر ض و ما طحها. و نفس و ما سوّ ىها. فأ لهمها فجو ر ىها. قد أ فلح من ز كّها.

Jawab qasam pada ayat di atas adalah   قد أ فلح من ز كّها 
Dengan huruf lam nya pada ungkapan qad kedua mengingat berada dalam pembicaraan yang panjang.
Adapun macam-macam shighat qasam al-Qur’an menurut Manna al-Qaththan yakni:
1.      Qasam Dzahir, yaitu qasam yang fi’il qasam dan muqsam bihnya jelas terlihat dan disebutkan, atau qasam yang fi’il qasamnya tidak disebutkan, tetapi diganti dengan huruf qasam, yaitu ba’, ta’, dan wawu. Di dalam beberapa tempat, terdapat fi’il qasam yang didahului dengan la nafiyah, seperti firman Allah pada surat al-Qiyamah ayat 1-2:
لآ أ قسم بيو م ا لقيمة. و لآ أ قسم با لنّفس ا للّوّ ا مة.
Artinya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”
2.      Qasam Mudmar, qasam yang  fi’il qasam dan muqsam bih nya tidak jelas dan tidak disebutkan, tetapi keberadaannya ditunjukkan oleh lam mu’akkidah (lam yang berfungsi untuk menguatkan isi pembicaraan) yang terletak pada muqsam alaih. Seperti Firman Allah surat Ali-Imran ayat 186:
ل تبلو نّ فى أ مو لكم و أ نفسكم   yakni و ا لله لتبلو نّ

C. Faedah Penggunaan Aqsam Al-Qur’an
1. Tauhid, yaitu untuk meyakinkan sesuatu yang masih diragukan oleh pandangan.
2. Tahkik, yaitu untuk membuktikan kesesuaian (Intra teks: kesesuaian ayat yag satu dengan ayat yang lainnya. Eksta teks: kesesuaian antara ayat dengan realitas manusia) sehingga orang tidak dapat menolaknya dan akan mempercayainya.[5]
3. Memperkuat informasi yang hendak disampaikan
4. Menyempurnakan hujjah (argumentasi).[6]
5.    Apabila berita itu sampai pada pendengar dan dia tidak menolak, tentunya berita tersebut dapat diterima dan dipercaya. Karena telah diperkuat dengan sumpah apalagi dengan menggunakan kata Allah swt.
6.    Bahwa pembawa berita akan merasa lega, karena telah menyampaikan berita dengan diperkuat sumpah atau dengan beberapa taukid (penguat). Hal ini sangat berbeda apabila membawa berita dengan tidak menggunakan qasam.

D. Tujuan Qasam Al-Qur’an
Dalam substansinya sumpah dilakukan untuk memperkuat pembicaraan agar dapat diterima atau dipercaya oleh pendengarnya. Sedang sikap pendengar sesudah mendengar qasam akan bersikap salah satu dari beberapa kemungkinan di bawah ini:
a.    Pendengar yang netral, tidak ragu dan tidak pula mengingkarinya. Maka pendengar yang seperti ini akan diberi ungkapan ibtida’ (berita yang diberi penguat taukid ataupun sumpah) contoh surat Al-Hadid: 8.
Penguat dalam ayat ini hanya diperkuat oleh lafadz Qod
b.    Pendengar mengingkari berita yang didengar. Oleh karenanya berita harus berupa kalam ingkari (diperkuat sesuai kadar keingkarannya). Bila kadar keingkarannya sedikit, cukup dengan satu taukid saja. Contoh surat An-Nisa’: 40. Sedang apabila kadar keingkarannya cukup berat, maka menggunakan dua taukid (penguat). Seperti surat Al-Maidah: 72.
Dalam ayat di atas diberi dua taukid berupa lafadz Qod dan Lam taukid.
Dan apabila kadar keingkarannya sangat berat, ditambah dengan beberapa taukid. Seperti surat Al-Anbiya’: 57.























BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Aqsam secara etimologi adalah sumpah, secara terminologi adalah mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar, baik secara hakiki maupun secara i’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Adapun sighat dan unsur-unsur qasam dalam al-Qur’an adalah, Sighat bentuk asli, yakni sighat fi’il qasam yang dimutaaddiykan dengan huruf “ب
Mengenai bentuk sumpah (qasam) Allah swt dalam  al-Qur’an ini dijelaskan  bahwa qasam al-Quran  berbentuk  jumlah Khabariyah yakni kalimat berita yang sifatnya informatif (bisa dibaca dari susunan kalimat), ataupun dapat dikatakan pula sumpah yang akan benar-benar terjadi. Contoh surat adz-Dzariyat ayat 23:
فو ر بّ ا لسّما ء و لأ ر ض إ لحقّ مثل ما أ نّكم تنطقو ن.
Artinya: “Maka demi Tuhan langit dam bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar akan terjadi seperti perkataan yang kamu ucapkan.”
 Terkadang juga  berbentuk  jumlah thalabiyah yakni kalimat yang tidak informative (perintah, peringatan, larangan), qasam ini biasanya berbentuk perintah, larangan, ancaman. Contoh surat al-Hijr ayat 92:
فو ر بّك لنسئلنّهم أ جمعين.
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.”
Adapun jenis qasam dalam  al-Quran  ialah qasam dhahir, yaitu qasam yang  fi’il qasam nya  disebutkan bersama dengan muqsam  bih nya, Qasam mudhmar,  yakni qasam yang  fi’il qasam dan muqsam bih nya tidak disebutkan, karena kalimatnya terlalu panjang.
Adapun faedah aqsam dalam al-Qur’an ialah : Menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar, dan menetapkan hukum dengan cara yang paling sempurna.
3.2    Saran
Setelah melihat penjelasan di atas saya berharap kita semua harus mempelajari isi-isi dalam Al-Qur’an yang sangat bermanfaat bagi kita semua sebagai pedoman dan petunjuk hidup kita di dunia dan di akhirat, walaupun tidak semuanya tapi kita pelajari sedikit-sedikit dan kita dapat mengamalkannya.

























DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, 2005, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia.
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i, 2000, Ulumul Qur’an II, Bandung: Pustaka Setia.


[1] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II (Bandung: Pustaka Setia, 2000),  hlm. 45.
[2] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II ( Bandung: Pustaka Setia,  2000), hlm: 45-6.
[3] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 123-5.
[4] Ibid., hlm. 126.
[5] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II ( Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 50
[6] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 134-5

2 komentar: