LAPORAN
PENELITIAN
SITUS KALITANJUNG
“MASJID DAN MAKAM SYEKH BIRAWA”
Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : HISTORICAL SITE STUDIES
Dosen Pengampu : Dedeh Nur Hamidah, M.Ag
oleh:
NUR FAOZAH
1413312005
1413312005
NUR LUBNAH
SKI SEMESTER VI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NUR JATI CIREBON
2016/2017
Kata
Pengantar
Assalamu’aalikum.Wr.Wb
Puji
syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Pangasih dan Penyayang yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga tugas makalah yang
berjudul Laporan Penelitian Situs Masjid dan Makam Syekh Birawa dapat diselesaikan. Shalawat dan salam atas junjungan nabi besar
Muhammad SAW sebagai Uswatun Khasanah yang menjadi
sosok model paling ideal bagi sekalian manusia untuk meraih kesuksesan dunia
dan akherat.
Dapat
terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari dukungan, bantuan dan motivasi
yang sifatnya spiritual dan material dari banyak pihak. Untuk itu penyusun
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
Demikian
yang bisa penyusun sampaikan dengan harapan semoga Allah SWT senantiasa
membalas segala kebaikan mereka dan makalah ini dapat memberi manfaat
sebaik-baiknya. Amin yaa robbal alamin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Cirebon, 28 Maret 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peninggalan sejarah dan purbakala
yang ada di Kota Cirebon didominasi dengan tinggalan-tinggalan yang berlatar
Agama Islam, Hal ini dapat dimaklumi dalam sejarah perkembangannya, Kota
Cirebon menjadi daerah pilihan sebagai salah satu daerah pusat perkembangan
Islam di Jawa Barat, ini dikarenakan Kota Cirebon pada abad XV-XVI
menjadi tempat berkumpulnya para Wali -wali Sanga yang bertugas untuk
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sejarah mengatakan, bahwa Kota
Cirebon berkembang dalam bentuk Pedukuhan ( perkampungan ).
Peninggalan-peninggalan Arkeologis Islam di Cirebon cukup
banyak dan banyak ragamnya, yang meliputi kompleksitas benda-benda bergerak
maupun tidak bergerak, benda-benda bergerak seperti beberapa senjata, alat rumah
tangga ataupun perlengkapan peribadatan (keagamaan). Bangunan-bangunan yang
berlatar agama Islam, baik masa awal perkembangan Islam, maupun perkembangannya
di Cirebon telah banyak diungkapkan oleh beberapa pakar sejarah ataupun
Arkeologi Islam baik dalam dan luar negeri. Berdasarkan hasil laporan Sub dinas
Kebudayaan dan pariwisata Kota Cirebon pada bulan april 2002 terdapat makam
kuno yaitu; Makam Syekh Birawa, Makam Ki Gede Mangsi, Pangeran Panta
Kusuma dan Makam Eyang Begawan Ilyas (Sunan Penggung) yang dianggap merupakan
penemuan baru dan belum pernah dilakukan penelitian. Oleh karena
itu penulis mencoba untuk meneliti salah satu dari situs diatas tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Dalam
pembahasan ini kami akan membahas beberapa poin inti sebagai berikut :
1. Sejarah
Situs Makam Syekh Birawa
2. Letak dan Geografis
3. Bentuk
fisik Situs Masjid dan Makam
Syekh Birawa
C.
Ruang
Lingkup Pembahasan
Kami
akan memfokuskan pembahasan pada kajian situs Makam Syekh Birawa yang sumbernya berupa
wawancara dan dari
internet.
D.
Tujuan
Penelitian.
Diharapkan
mahasiswa dan masyarakat mengetahui keberadaan situs tersebut sehingga mereka
bisa mempelajari akan pentingnya sejarah, yakni untuk pembelajaran dimasa yang
akan datang. Dengan adanya peninggalan Situs Masjid dan Makam Syekh Birawa, kita bisa mempelajari bagaimana perjuangan orang-orang zaman dahulu dalam menyebarkan
Islam dengan proses yang begitu indah dengan masyarat pada saat itu, seperti
menciptakan atau mengikuti tradisi tanpa melanggar syariat Islam yang sudah
ditentukan di dalam nash Al-Qur’an maupun Hadits, ataupun memporak-porandakan
tradisi yang sudah ada. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa
Indonesia, harus menjaga dan memelihara peninggalan sejarah masa silam, karena
untuk bekal kita di masa depan kelak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
METODE
PENELITIAN
Metode
penelitian yang kami gunakan adalah metode observasi data lapangan. Yang
dilakukan dengan terjun langsung kelapangan yaitu ke Situs Masjid dan Makam Syekh Birawa yang
berada di RT 03 RW 04 Kalitanjung Timur,
Kota Cirebon, dimana dahulu daerah tersebut merupakan lokasi Syekh Birawa dalam mendirikan masjid dan peguron
membantu Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama Islam.
Observasi
data lapangan yang kami lakukan adalah dengan teknik wawancara dengan
narasumber yang dianggap memahami tentang seluk beluk situs tersebut, untuk memperoleh gambaran
mengenai benda-benda peninggalan Syekh
Birawa yang berada di daerah kalitanjung Timur. Selain teknik wawancara, teknik survey juga menjadi cara kami dalam
menggali data seputar situs Masjid
nan Makam Syekh Birawa dan benda-benda arkeologi yang ada didalamnya
yang masih tersisa yang kemudian di analisis secara mendalam guna mendapatkan
kesimpulan yang tepat berkaitan dengan benda cagar budaya tersebut.
1.
Pengumpulan
data
Penelitian
ini menggunakan data lapangan. Data lapangan dalam penelitian ini adalah
sisa-sisa peninggalan arkeologis berupa struktur dan unsur bangunan serta
kaitan benda-benda arkeologis lainnya. Fokus penelitian ini diarahkan pada
pengumpulan data fisik peninggalan arkeologis dan konteks yang ada di Situs Masjid dan Makam Syekh Birawa.
2.
Pengolahan
Data
Pada
tahap pengolahan data ini dilakukan analisis yang mencakup
·
Analisis benda, berupa bentuk, susunan
struktur/bangunan.
·
Analisis kontekstual, berupa kajian sebaran
ruang dan hubungan lokasional.
B.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Sejarah
Masjid dan situs Makam Syekh Birawa berlokasi di RT 03 RW 04 Kalitanjung Timur, Kota
Cirebon. Masjid dan makam
itu dulunya masih
berada di bawah Kasultanan Kasepuhan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir
tidak memiliki juru kunci atau juru pelihara. Konon, di lokasi itulah Syekh
Birawa mendirikan masjid dan peguron membantu Sunan Gunung Jati untuk
menyebarkan Islam.
Kondisi masjid jauh berbeda dengan situs pesarean. Masjid
yang dulunya dibangun sekitar abad ke 15 itu sudah direnovasi secara total
sehingga bangunan asli masjid itu sudah hilang tak berbekas. Menurut tokoh
masyrakat setempat, Mang Rebo, masjid itu dulunya bernama Masjid Jami
Kalitanjung. Namun kemudian di masa Wali Kota Khumaedi nama masjid itu
dikembalikan menjadi Masjid Syekh Birawa.
“Dulunya masjid ini seperti Tajug Agung yang di Kanoman,
tapi kemudian direnovasi secara bertahap sehingga keaslian bangunan masjid
sudah tidak ada,” ucapnya kepada kami, kemarin. Pengembalian nama masjid
itu sendiri berarti sangat penting. Hal ini mengingat antara masjid dan
pesarean Syekh Birawa saling berkaitan dalam mengembangkan Islam di Cirebon.
Lokasi keduanya terpisah oleh sungai Suba. Sehingga untuk
menuju pesarean, pengunjung harus berjalan kaki, dan menyeberangi sungai. Letak
pesarean Syekh Birawa sendiri berada di pemakaman umum, tepatnya di bawah pohon
besar. Menurut Rebo, dulu pernah dibangunkan semacam bangunan di atas pesaeran
itu. Namun bangunan itu roboh kembali. Hal ini yang membuat pesaeran tersebut
terlihat berbeda dengan yang lain. Di mana pesarean itu berlokasi di tempat
terbuka, tanpa bangunan serta atap.
Selain terdapat pesarean Syekh Birawa, ada juga bongkahan
batu bata merah yang berukuran besar di daerah tersebut. Lokasi batu bata itu
berada di sepanjang bibir kali. Konon itu diduga bongkahan bangunan itu
merupakan semacam peguron yang didirikan oleh Syekh Birrawa. Tak hanya itu,
menurut Rebo, ada juga peninggalan lain yang saat ini masih tersimpan di Masjid
Syekh Birawa, yakni benda pusaka seperti keris dan tombak. Tak kalah menarik
ada juga peninggalan Alquran bertuliskan tangan.
Syekh Birawa sendiri berdasarkan catatan Babad Tanah Cirebon
“Nyi Mas Kalitanjung” yang ditulis Masduki Sarpin, ialah seorang adipati yang
secara tidak sengaja berguru agama Islam di Pengguron Gunung Jati. Dia bernama
Raden Birawa, merupakan keponakan dari Prabu Siliwangi. Syekh Birawa sendiri ke
daerah Cirebon untuk menyusul Pangeran Walangsungsang (Mbah Kuwu) yang sudah
lama berada di Pangguron Islam Gunung Jati.
Pada masa Cirebon berkembang menjadi kasultanan, Raden Birawa
diajak tinggal di lingkungan keraton sebagai penasehat bersama Pangeran
Walangsungsang. Oleh Mbah Kuwu Putri Raden Birawa yang bernama Nyi Mas Sekar
Kemuning dijodohkan dengan Pangeran Ngungsi alias raden Martakusuma. Dari perkawinan itu
kemudian dikaruniai seorang putri diberi nama Nyi Mas Kalitanjung.
Masih menurut Pak Rebo, ada beberapa versi asal usul nama Kalitanjung. Ada
yang menyebut karena keberadaan kali Suba dan pohon Tanjung. Ada pula yang
menyebutkan nama itu diambil dari nama anak dari Syekh Birrawa yakni Nyi Mas
Kalitanjung.
TATA LETAK DAN GEOGRAFIS
Situs Kalitanjung secara administratif berada di desa
Kalitanjung Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Secara Geografis berada pada
posisi 06’ 44’ 914’’ Ls dan 108’ 32’ 332”BT dengan ketinggian kurang lebih 95
m, diatas permukaan air laut. Untuk mencapai lokasi dapat di tempuh dengan dua
rute, rute pertama melalui perumahan penduduk (Sebelah Barat Pasar
Kalitanjung) hingga masjid Syekh Birawa, Selanjutnya dengan menyeberangi sungai
Kalitanjung Sedangkan rute ke dua dapat ditempuh dengan melalui jalan raya
(Cirebon-Kuningan) hingga pertigaan penggung. Dari pertigaan Penggung
dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 400 m kearah Utara melintasi
pemakaman China. Ketiga makam tersebut berada dikomplek pemakaman Umum. Makam
Syekh Birawa dan Makam Ki Gede Mangsi (Pageran Partakusuma) berada
dipemakaman Umum Islam yang terletak kurang lebih 300 m. Sebelah barat dari
masjid Syekh Birawa atau terletak disebelah Barat dari sungai Kalitanjung.
Sedangkan Makam Eyang Begawan Ilyas (Sunan Penggung), berada dipemakaman
Cina, ditepi barat dari sungai Kalitanjung atau kurang lebih 100 m sebelah
utara dari pertigaan penggung.
C.
BENTUK FISIK
SITUS MASJID DAN MAKAM SYEKH BIRAWA
1. Masjid
Dimana sudah dijelaskan diatas, bahwa bentuk fisik Masjid
sudah hilang ditelan zaman. Dulunya
masjid ini memang seperti
Tajug Agung yang ada di
keraton Kanoman, tapi kemudian direnovasi
secara bertahap sehingga keaslian bangunan masjid sudah tidak ada lagi. Kami
mencoba mencari alternatif lain dengan mencari foto ataupun bukti apapun yang
bisa menggambarkan masjid tersebut. begitu juga menurut pak Rebo, foto dan lain
sebagainya memang sudah hilang dan tidak bisa ditemukan lagi. Pengurus DKM Masjid
hanya menyimpan beberapa peninggalan-peninggalan di belakang masjid dengan
perawatan seadanya, “bahkan sebagian banyak yang sudah hilang, tidak tau dicuri
atau kemana” celoteh pak Rebo kepada kami.
Gambar gapura masjid yang berada di
samping kiri masjid
Gambar masjid tampak depan
Gambar masjid tampak samping
Benda-benda yang masih bertahan dan tersimpan di belakang
masjid diantaranya adalah, Seperti dibawah
ini:
Gambar 1.
Ket : ini
adalah salah satu mushaf Al-Qur’an peninggalan Syekh Birawa yang ditulis dengan
tangan.
Gambar 2.
Ket : ini kalo
tidak salah dengar adalah ketu’ citakan topong, fungsinya adalah untuk wadah
kinang, bentuknya seperti mangkok.
Gambar 3.
Ket : yang
dibawah anak panah tersebut namanya adalah klenting(kendi) mungil.
Gambar 4.
Ket : ini
adalah sebagian senjata yang digunakan pada masa itu, diantaranya keris, golok,
tombak dsb.
2.
Makam
Makam beliau
terlatak tidak jauh dari masjid. Lokasi keduanya terpisah oleh sungai Suba. Sehingga untuk
menuju ke makam,
pengunjung harus berjalan kaki, dan menyeberangi sungai. Letak makam Syekh Birawa sendiri berada di
pemakaman umum, tepatnya di bawah pohon besar. Menurut Pak Rebo, dulu pernah dibangunkan semacam
bangunan di atas makam
itu. Namun bangunan itu roboh kembali. Konon dahulu Syekh Birawa pernah
berpesan bahwa nantinya jika jasad beliau dimakamkan, jangan ada yang
memberinya peneduh atau hiasan apapun. Hal ini yang membuat makam tersebut terlihat tidak berbeda dengan yang lain. Di mana makam itu berlokasi di tempat terbuka,
tanpa bangunan serta atap.
Gambar 6.
Tampak samping.
Gambar 7.
Tampak depan.
Gambar 8.
Tampak serong.
Selain
terdapat makam
Syekh Birawa, ada juga bongkahan batu bata merah yang berukuran besar di daerah
tersebut. Lokasi batu bata itu berada di sepanjang bibir kali. Konon itu diduga
bongkahan bangunan itu merupakan semacam peguron yang didirikan oleh Syekh
Birrawa.
Gambar .9
Di sebelah
pojok komplek makam, terdapat Makam
Ki Gede Mangsi yang merupakan anak dari Syekh Birawa yang menikah
dengan Nyi Sekar Kemuning, yang nantinya mempunyai seorang puteri yang bernama
Nyi mas kalitanjung, yang sekarang makamnya berada di sekitar makam Gunung Jati.
Gambar 9. Tampak dalam.
Kita
bisa lihat bagaimana letak bangunan tersebut. Sangat berdekatan dengan sungai
yang lumayan besar dibelakangnya. Tumpukan batu bata tersebut adalah pagar
pembatas peguron Syekh Birawa dalam menyebarkan Islam. Tumpukan batu bata itu
mengitari sekitar kompleks makam. Diperkirakan pembangunan tersebut sekitar
abad 15 dan 16 ketika semasa dengan Mbah Kuwu Cirebon II (Pangeran Cakrabuana).
Batu bata tersebut dipenuhi dengan lumut yang lumayan tebal, Suhu dan keadaan
tanah disekitar juga sangat lembab dan terlihat seperti hutan. Jadi tidak aneh
lagi jika keadaan yang terlihat sekarang sudah tidak utuh seperti dahulu.
DENAH LOKASI
Daftar Pustaka
Hasil
wawancara dengan penjaga makam Syekh Birawa
(Pak Rebo)
Cirebon, Radar. http://www.radarcirebon.com/masjid-dan-pesarean-syekh-birawa-di-kalitanjung-minim-perhatian.html
diakses pada pukul 22.10, hari senin tangal 28 maret 2016.
Disporbudpar. http://disporbudpar.cirebonkota.go.id/2015/10/26/sekilas-tentang-peninggalan-sejarah-dan-purbakala-kota-cirebon/ diakses pada pukul 22.20 hari senin tanggal 28 maret
2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar